Tahun 1999. Gereja LAI Salemba, Jakarta.
Saat itu aku bertugas sebagai pelayan gereja. Ibu pendeta menghampiri dan memintaku mendekati dua orang tentara yang sedang beribadah. Aku diminta mengajak mereka mengikuti ibadah muda-mudi setiap hari Sabtu. Masih kuingat jelas pakaian yang mereka kenakan. Pakaian dinas lengkap. Tanpa basa-basi aku pun memperkenalkan diri dan mengajak mereka beribadah. Salah satu dari dua orang tersebut memandangku tanpa kedip. Dia lantas meminta alamat kost-ku, dengan dalih ingin datang untuk beribadah bersama-sama. Kuberikan alamatku. Dia, Samuel. Continue reading