Aku Dalam PengabdianNya

Tahun 1999. Gereja LAI Salemba, Jakarta.
Saat itu aku bertugas sebagai pelayan gereja. Ibu pendeta menghampiri dan memintaku mendekati dua orang tentara yang sedang beribadah. Aku diminta mengajak mereka mengikuti ibadah muda-mudi setiap hari Sabtu. Masih kuingat jelas pakaian yang mereka kenakan. Pakaian dinas lengkap. Tanpa basa-basi aku pun memperkenalkan diri dan mengajak mereka beribadah. Salah satu dari dua orang tersebut memandangku tanpa kedip. Dia lantas meminta alamat kost-ku, dengan dalih ingin datang untuk beribadah bersama-sama. Kuberikan alamatku. Dia, Samuel. Continue reading

bu.dak ra.sa

Dan adalah seorang aku yang merasa bahagia –tak terbayang sekarang akan berheningan dengannya. Masih senyumsenyum mendengar lagu sendu –yang sekarang merasa tersayat tersebab tiap lirik pilunya. Kita. Tidak pernah tahu kapan bahagia dan sedih bertukar tempat. Ataukah sesungguhnya mereka berkawan erat. Dijadikannya kita –aku dan dia– budakbudak rasa. Yang pasrah menerima.